Dahulu fisika disebut sebagai filsafat alam. Sekarangpun, masih banyak
orang, bahkan dalam kalangan filsafat sendiri, memandang bahwa filsafat alam
atau filsafat fisika merupakan cabang filsafat yang kuno dan tidak pantas lagi
dipelajari. Mungkin karena mereka melihat bahwa fisika telah begitu maju dengan
berbagai teknologi yang ia lahirkan sehingga menganggap tidak ada lagi ruang
bagi filsafat untuk berspekulasi disana. Dalam bagian ini, kita bukan hanya
akan menunjukkan kalau anggapan itu salah, namun juga menawarkan sejumlah
masalah filsafat fisika yang dapat kita jelajahi dan relevan dengan masa
sekarang ini.
Fisika terbagi
menjadi beberapa cabang, dengan membagi-bagi fisika ke dalam berbagai bidang
minor, para ilmuan menyederhanakan kajian fisika. Walaupun semua sadar kalau cabang-cabang tersebut
saling berhubungan namun kita bisa berfilsafat misalnya mengapa harus fisika dibagi-bagi (ada pembagian fisika)? Apakah pembagian ini menjamin suatu saat ia dapat digabungkan kembali?
Selain teori, fisikawan juga mengandalkan model untuk menjelaskan alam
semesta. Model adalah gambaran atau tiruan dunia nyata. Sebagai tiruan, model
tidak pernah menyerupai dunia nyata sesungguhnya tetapi hanya mendekati.
Sebagai contoh, tata surya kita di sekolah dimodelkan dengan heliosentris,
dimana bumi mengelilingi matahari dalam orbit lonjong sempurna. Model ini hanya
mendekati kenyataan. Pada kenyataannya, alam semesta bersifat dinamis. Semua bergerak
sehingga posisi yang ada selalu relatif. Selalu ada pergeseran pada orbit.
Malahan model heliosentris dapat ditandingkan dengan model geosentris. Banyak
yang percaya kalau model geosentris adalah model yang salah. Jika kita pikirkan
lagi, model geosentris atau matahari mengelilingi bumi juga merupakan model
yang masuk akal dan mendekati kenyataan. Secara empiris, jelas kita melihat
bumi dikelilingi matahari. Ada matahari terbit ada matahari tenggelam. Orbit
matahari dalam mengelilingi bumi dalam model geosentris, juga sama
menyimpangnya dengan orbit bumi mengelilingi matahari dalam model heliosentris.
Model geosentris disebut juga model Tychonian sementara model heliosentris
disebut juga model Kopernikan. Jika kita pertanyakan lagi, kenapa model heliosentris
harus lebih benar dari model geosentris, kita telah mulai berfilsafat fisika.
Berdasarkan
ilustrasi contoh diatas, dapat dibedakan antara filsafat fisika dengan fisika
klasik itu sendiri. Ketika kita berusaha menanyakan hal-hal yang berkenaan
dengan ilmu fisika maka kita telah mulai berfilsafat fisika. Dalam filsafat
fisika dikenal aliran filsafat determinisme dan non determinisme yang memiliki
perbedaan pandangan tentang hubungan sebab akibat.